Arti Agama
Agama itu sendiri tidak dapat dipahami sebagai dongengan tentang mambang dan peri yang tidak dapat diterangkan, yang berasal dari masa kanak-kanak umat manusia, yang dalam sorotan pengetahuan masa kini dapat dibuang sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, tidak pula agama itu harus dianggap sebagai serangkaian peraturan yang sejalan dengan moral kemanusiaan untuk dipergunakan apabila lembaga-lembaga politik dan sosiologi telah gagal. Apalagi bila agama hanya dianggap sebagai suatu keterangan supernatural tentang hal-hal yang tak tergarap oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filsafat.
Agama haruslah merupakan suatu ekspresi dari hubungan antara makhluk dan Al-Khaliq dan oleh karena itu merupakan fitrah jiwa manusia, sebagian dari wujudnya manusia. Jadi pada dasarnya agama adalah arus dan disiplin alami, hanya apabila ia diselimuti takhyul atau bercampur aduk dengan formalisme dogma maka agama itu patut dituduh sebagai supernaturalisasi yang sering dilontarkan kepadanya. Istilah Al-Qur’an, diin, yang dipergunakan dalam arti agama, berakar kata yang berarti berutang, meminjam, juga mengabdi, dan berbuat baik. Jadi agama mencakup pengertian berutang kepada Yang Maha Tinggi, pengabdian sebagai pernyataan terimakasih atas maksud-Nya dan perjuangan untuk melaksanakan kebaikan.
Penyelidikan ilmiah serta bantuan akal dan logika, disiplin-disiplin yang khas bagi wilayah sains dan filsafat, sama perlunya untuk memenuhi kesatuan antara iman dan amal perbuatan, ilmu dan amal yang dituju oleh Islam. Pengetahuan dan agama harus saling membantu, saling menopang.