Muhammad Nabi Terakhir

Al-Quran dan ajaran serta teladan Nabi Muhammad saw, menegakan agama di atas dasar yang kukuh dan meletakan dasar-dasar suatu sistem yang sesuai dengan perkembangan dan kesanggupan-kesanggupan yang wajar pribadi manusia, suatu sistem yang sepenuhnya sesuai dengan kehendak Tuhan yaitu kesadaran tentang kebenaran-kebenaran dan kebutuhan-kebutuhan sesama manusia, yang memberikan ekspresi praktis terhadap hakikat dan sifat hubungan manusia yang memberikan kemungkinan mencapai kesempurnaan mutlak. Seperti juga keterbatasannya yang fana, sebagai bagian dari tata penciptaan yang diilhami Tuhan, suatu sistem yang di dalamnya sendiri terdapat alat bagi perkembangan evolusi selanjutnya, sesuai dengan pokok-pokok yang diletakan dalam Al-Qur'an. Tujuan terakhirnya adalah kesatuan manusia sebagai satu umat dengan satu tujuan dan tekad yang sama. Allah berfirman :

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu agama bagimu. (QS. 5:3).

Ini menegaskan bahwa Muhammad saw, adalah nabi terakhir. Ajaran Al-Qur'an menyempurnakan dan mengakhiri proses wahyu, bukan saja dalam hal kesanggupannya memenuhi kebutuhan manusia pada zaman itu, melainkan juga akan dapat memuaskan umat manusia di zaman yang akan datang. Tidak ada lagi nabi sesudah Muhammad saw. Suatu nabi baru lagi hanya akan mungkin membawa kerusakan atas kesatuan yang telah diciptakan oleh agama islam.    

Arti Agama



Arti Agama

Agama itu sendiri tidak dapat dipahami sebagai dongengan tentang mambang dan peri yang tidak dapat diterangkan, yang berasal dari masa kanak-kanak umat manusia, yang dalam sorotan pengetahuan masa kini dapat dibuang sebagai sesuatu yang tidak masuk akal, tidak pula agama itu harus dianggap sebagai serangkaian peraturan yang sejalan dengan moral kemanusiaan untuk dipergunakan apabila lembaga-lembaga politik dan sosiologi telah gagal. Apalagi bila agama hanya dianggap sebagai suatu keterangan supernatural tentang hal-hal yang tak tergarap oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filsafat.
Agama haruslah merupakan suatu ekspresi dari hubungan antara makhluk dan Al-Khaliq dan oleh karena itu merupakan fitrah jiwa manusia, sebagian dari wujudnya manusia. Jadi pada dasarnya agama adalah arus dan disiplin alami, hanya apabila ia diselimuti takhyul atau bercampur aduk dengan formalisme dogma maka agama itu patut dituduh sebagai supernaturalisasi yang sering dilontarkan kepadanya. Istilah Al-Qur’an, diin, yang dipergunakan dalam arti agama, berakar kata yang berarti berutang, meminjam, juga mengabdi, dan berbuat baik. Jadi agama mencakup pengertian berutang kepada Yang Maha Tinggi, pengabdian sebagai pernyataan terimakasih atas maksud-Nya dan perjuangan untuk melaksanakan kebaikan.
Penyelidikan ilmiah serta bantuan akal dan logika, disiplin-disiplin yang khas bagi wilayah sains dan filsafat, sama perlunya untuk memenuhi kesatuan antara iman dan amal perbuatan, ilmu dan amal yang dituju oleh Islam. Pengetahuan dan agama harus saling membantu, saling menopang.